SELAMAT DATANG DI BLOG MN LIBRARY BLOG.. TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG..SEMOGA BERMANFAAT
RAMADHAN DATANG ALAM PUN RIANG

Assalamu alikum Akhi wa Ukhti,,,

ehhmmm,, kali ini saya ingin bercerita tentang makna Menyambut bulan ramadhan,

     Seminggu sebelum Belan suci Ramadhan tiba, aku mengikitu sebuah pengajian yang diselenggarakan oleh BEM sebuah perguruan tinggi Swasta di Jakarta. waktu itu aku berangkat pagi - pagi sekali takut ga kebagian tempat duduk dan "pengen sih",,,, duduknya bisa didepan makanya berangkatnya  pagi2 skali). sesampainya ditempat pengajian kira-kira 5 menit lagi menjelang subuh,, betapa kaget dan tercengangnya diriku,,T-T: ternyata belom ada satu orangpun yang hadir. aku malah bingung jangan-jangan pengajiannya di batalkan..!!! ehmmmmm,, aku bertanya kesana kemari ga ada yang tahu jadi apa ga nya pengajian itu,,,!!! berhubung waktu subuh dah tiba aku mengambil air wudhu dan shalat shubuh dimasjid. setelah selesai sholat, seorang ustadz yang waktu shalat sebelahan denganku bertanya.. "dek pa benar disini ada pengajian..? kebetulan bapak di undang,, ini undangannya!!".. aku melihat undangan yang itu tertulis acaranya ba'da shalat subuh dan lokasinya juga di masjid itu!!! aku menjawab,, benar pak ustadz..! pembicaraan berhenti sampai disitu pak ustad sibuk dengan zikirnya dan saya juga sibuk clangak-clongok lihat kesana kemari mencari tanda-tanda pengajian akan diadakan ditempat itu.

    Setelah beberapa saat kemudian, fajarpun sudah mulai memancarkan sinarnya aku melihat seorang Mahasiswa yang memakai Almamater Perguruan tinggi tersebut. saya langsung keluar masjid dan menghampirinya, aku bertanya " Mas apa disini ada pengajian?? truz Mahasiswa ntu menjawab, benar mas!! tapi tempatnya ga jadi diadakan di masjid ini tapi di aula kampus..! " lega rasanya hatiku ternyata pengajiannya benar-benar ada dan semangat saya yang tadinya menggebu-gebu ternyata tidak sia-sia. sesaat setelah Mahasiswa itu berlalu meninggalkan Area Masjid, aku langsung menghampiri pak ustadz yang dari tadi menunggu kepastian didalam masjid, Pak ustadz,, pengajiannya diadakan di Aula kampus. "sebutku,, pak ustadz mengucap Alhamdulillah.,,, ayo berangkat kata pak ustadz.!! saya dan pak ustadz bergegas meninggalkan masjid menuju Aula Kampus.!

   Sesampainya di Aula betapa tercengangnya diriku,, tadinya difikiranku Aula sudah dipenuhi mahasiswa yang ingin menimba ilmu agama,, eheheehe ternyata eh ternyata di aula yang segitu besar cuma ada sekitar 20-an mahasiswa. aku melihat wajah pak ustadz sedikit mesem.. ememem pak ustadz terlihat kecewa, meskipun pak ustadz enutupi kekecewaannya,,!! saat yang bersamaan Panitia Langsung menyambut kedatangan pak ustadz.

   Sesaat setelah itu Pak ustadz membuka tausiyahnya tak kurang bersemangat (meski dengan kekesalan:T), kami semua mengikuti dengan tausiyah pak ustadz dengan bersahaja.!!('-'). Pak ustadz memberi tema tausiyahnya dengan "Makna menyambut bulan ramadhan".

sedikit kutipan dari Tausiyah Pak Ustad.

- Kita sebagai anak muda penerus bangsa, Landasilah hidup kita dengan Ilmu agama, sebab ilmu yang paling tinggi derajatnya adalah Ilmu   agama, dan agama yang Mulia disisi Allah adalah agama islam.
- tanamkanlah di hati kita masing-masing Ramadhan Bukanlah penjara, yang penuh dengan keterbatasan dan kita enggan untuk mendatanginya   kebali tapi ramadhan adalah istana yang mempelihatkan kemewahan dan keindahannya dan kita slalu akan merindukannya..! " padahalkan     banyak orang yang mengatakan!! ramadhan sudah lewat boleh makan disiang hari lagi ni'''.. (seperti itukah orang2 yang menganggap    ramadhan adalah Penjara??? emm)
- Allah melipat gamdakan pahala atas amal ibadah yang kita lakukan di bulan ramadhan.. jika di hari biasa (diluar bulan ramadhan)     membaca Al-quran 1 huruf saja Allah akan menggantinya dengan satu kebajikan    maka di bulan Suci Ramadhan Allah melipat gandakan     dengan 70 x lipat.!! wow... ayo ber-amal.
Category: 0 komentar

SEBUAH PUISI UNTUK KITA RENUNGKAN


AYAH


Jika Aku Ibarat Perahu
Engkau adalah dayung untukku
Semenjak Engkau terlepas
aku bingung kemana arahku

kucoba terus berlayar,,
tanpa dayung ditanganku,,
perahuku oleng,,!!!!!!
ombak kecil berusaha menenggelamkanku

ku atur keseimbangan dengan kedua tanganku..
begitu susah begitu payah untukku,,
air mata ini menetes.!!!!
ketakutan, keraguan dan kegundahan menghantuiku

terkenang cerita indah bersamamu
disaat engkau selalu menuntunku
aku baru sadar betapa aku sangat membutuhkanmu,
di saat engkau tak ada lagi disampingku...
          
     ........Ayah......

perahuku akan terus berlayar
tanpa engkau disampingku
karena ajranmu akan terus bersamaku
hingga akhir khayatku..





                                                                                       karya :
                                                                                                           Imam M Harahap.
                                                                                                           Jum'at, Mei 2010
Category: 0 komentar

KESOMBONGAN ADALAH "RACUN"


Kesombongan

1. Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. (HR. Muslim)

2. Barangsiapa memanjangkan pakaiannya (sehingga menyeret di tanah) karena kesombongannya maka Allah tidak akan memandangnya kelak pada hari kiamat. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka  Aku menyiksanya. (HR. Muslim)

4. Selagi orang berjalan dan merasa bangga dengan tutup kepala dan kedua baju rangkapnya maka tiba-tiba    dia dibenamkan ke dalam tanah lalu dia bergelimang di dalam tanah sampai hari kiamat. (HR. Muslim)

5. Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri. (HR. Ath-Thabrani dan Anas)

6. Barangsiapa membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap Allah   dan Allah murka kepadanya. (HR. Ahmad)



            Manusia adalah makhluk Allah yang mulia. Kemuliaan manusia bisa melebihi kemulyaan malaikat, tetapi kehinaan manusia juga bisa melebihi kehinaan binatang.

Adalah kesombongan yang terdapat dalam diri manusia yang dibungkus dan di dorong oleh hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada kedzaliman. Manusia bukan untuk menghancurkan nafsu, tapi manusia harus bisa mengendalikan nafsu. Bagaimana jadinya jika seseorang yang menghancurkan hawa nafsunya ? apakah akan menjadi seorang malaikat ? tidak saudara, nafsu juga penting. Orang makan karena di dorong oleh keinginan yang timbul dari nafsu, orang minum karena nafsu, orang berbuat karena nafsu. Maka untuk itu pengendalian nafsu lah yang penting.

Ingat manusia itu memiliki nafsu yang selalu meyuruh berbuat kejelekan. Apa itu ? Dia adalah Nafsu Ammarah yang pada intinya nafsu amarah adalah dorongan untuk melakukan pelanggaran, kejelekan dan kemaksiatan. Maka untuk itu tida ada manusia yang steril dari dosa. Pasti manusia semua mempunyai dosa, perbedaannya seberapa besar dosa-dosa yang terdapat pada manusia antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam surat Yusuf ayat 53 Allah berfirman : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya (nafsu ammarah) selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh tuhanku.

Yang kedua, nafsu yang selalu menyuruh kejelekan adalah nafsu lawwamah. Nafsu ini bisa disebut dengan nafsu syaitan, karena nafsu yang membekam dalam diri manusia membisikan dan mengajak berbuat keji.

Nafsu-nafsu inilah yang lambat laun akan membentuk suatu kesombongan dalam diri manusia. Seseorang mungkin akan merasa bahwa dirinya lah yang paling sempurna, yang paling baik, yang paling tampan, yang paling mulia, karena punya jabatan yang tinggi merasa yang di bawah adalah hina, merasa telah sukses lupa kepada rakyat jelata. Inilah yang berbahaya bagi manusia. Manusia tidak menyadari bahwa kesombongan itu hanya milik Allah.

Ketika manusia berada dalam lantai bumi, seharusnya manusua bisa mengerti bahwa di bawahnya masih ada lagi lapisan bumi, lebih ke bawah juga masih ada lagi lapisan bumi sampai akhirnya tujuh lapisan bumi yang terdapat di dunia ini. begitupun ketika menyadari bahwa manusia berada di bawah kolong langit, seharusnya manusia juga bisa mengerti bahwa di atas langit masih ada langit, sampai akhirnya mencapai langit ke tujuh.

Makna kesombongan bisa kita ambil dari sini, bahwa kita yang merasa paling baik, ingatlah di atas kita masih ada yang lebih baik. Ketika kita mesara tampan maka ada yang lebih tampan dari kita, ketika kita merasa orang kaya, maka ingatlah ada yang lebih kaya dari kita, Yang kesemuanya itu pada akhirnya hanya Allah lah yang maha kaya, yang benar, yang maha bekuasa, yang maha memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

Bagaimana fenomena seseorang yang berkomentar "Sesungguhnya orang itu selalu memakai pakaian yang bagus, perhiasan yang bagus sepatu yang bagus.
Dalam hal ini Rasulullah SAW menyatakan :
"Sesungguhnya Allah itu indah, dan suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia". (HR. Imam Muslim)

Hadits di atas setidaknya menjelaskan kepada kita bahwa dalam kesombongan terdapat kurang lebih dua unsur ; pertama menolak kebenaran dan yang kedua adalah merasa lebih tinggi dan merendahkan orang lain.
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : "Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar dzaroh (atom).

Jika melihat dari hadist di atas, sangat mengerikan bagi kita yang masih selalu mempunyai sifat sombong, bahkan kesombongan kita melebihi berjuta-juta atom. Subhanallah . . .

Kita terlalu kecil untuk berbuat sombong, kita bukan makhluk yang di suruh untuk sombong karena kita hanya setitik hamba yang bertugas untuk mematuhi segala perintah yang Allah berikan dan menjauhi larangan yang Allah tentukan. Ingatlah ketika Allah swt berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".
Category: 0 komentar

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Sudahkah Kita Berbakti Pada Orang Tua?

Alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)


Arti Penting dan Kedudukan Berbakti Pada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Alloh Ta’ala berfirman: “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36). Di dalam ayat ini perintah berbakti kepada dua orang tua disandingkan dengan amal yang paling utama yaitu tauhid, maka ini menunjukkan bahwa amal ini pun sangat utama di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Begitu besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at. Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.
Ancaman Durhaka Kepada Orang Tua

Wahai saudaraku, Rosululloh menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Alloh. Dalam hadits Abi Bakrah, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)

Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagaa perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al Imam Al Albani, 2.898)

Alloh pun menegaskan dalam surat Al Isro’ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang apalagi yang lebih dari itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.

Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya? Memang tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh, akan tetapi bagaimana sikap kita dalam menolak itupun harus dengan cara yang baik tidak serampangan. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Alloh tergantung pada ridho kedua orangtua.
Category: 0 komentar

PAMAHAMILAH MAKNA BACAAN SHOLAT

Salah satu cara untuk kita mencapai kekhusu'an dalam shalat'

BACAAN SHOLAT DAN ARTINYA

- Bacaan Do’a Iftitah

ALLAHU AKBAR KABIERAW WALHAMDULILLAHI KATSIERA. WASUBHANALLAHI BUKRATAW WA-ASHILA.

“WAJJAHTU WAJHIA LILLADZIE FATHARAS SAMAWATI WAL ARDLA HANIEFAN MUSLIMAWWAMA ANAMINAL MUSYRIEKIEN. INNA SHALATI WANUSUKI WAMAHYAYA WAMAMATI LILLAHI RABBIL’ALAMIEN. LASYARAKIEKA LAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIEN. “

Artinya :

Maha besar Allah, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pagi dan sore.

“ Saya menghadapkan muka saya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan sejujur-jujurnya sebagai seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. Begitulah saya diperintah, dan saya sebahagian dari orang islam.

- Surat Al Fatihah

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIM.

ALHAMDU LILLAHI-ROBBIL ‘ALAMIN. ARRAHMA NIRRAHIM. MALIKI YAUMIDDIN. IYYAKA NA’BUDU WAIYYA-KANASTA’IN IHDINASH-SHIRA-THAL MUSTAQIM, SHIRATHALLADZINA AN’AMTA’ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUBI ‘ALAIHIM. WALADL DLAALLIIN, AMIN

Artinya :

“ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang pengasih dan penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mulah aku menyembah, dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Bagaikan jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat. Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat.

- Ruku

SUBHAANA RABBIYAL ADZIIMI WABIHAMDIHII ( 3 kali )

Artinya :

“Mahasuci Allah Maha Agung serta memujilah aku kepadaNya. “

- I’TIDAL

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.

Artinya :

Allah mendengar orang yang memujiNya.

Pada waktu berdiri tegak ( I’tidal ) terus membaca :

“ RABBANAA LAKAL HAMDU MIL USSAMAWAATI WAMI UL ARDLI WAMIL UMAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU “

Artinya :

Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu

- SUJUD

“ SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WABIHAMDIHII ( 3 kali )

Artinya :

“ Maha Suci Allah, serta memujilah aku kepada-Nya. “


- DUDUK ANTARA DUA SUJUD

“ RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINI WA’FUANNII. “

Artinya :

“ Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku. “

- TASYAHUD / TAHYAT (AKHIR)

“ ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWAATU THTHAYYIBAATU LILLAAH ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH. ASSALAAMU’ ALAINAA WA’ALAA ‘IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN. ASJYHADU AL-LAA ILAAHAILLALLAAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH. ALLA HUMMA SHALLI’ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD, WA ‘ALA AALI SAYYI DINAA MUHAMMAD. “ KAMAA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDIINA IBRAHIM. WA’ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD, WA’ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD. KAMAA BARAKTA’ALAA SAYYIDINAA IBRAHIM, WA’ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAHIM, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIDUM MAJIID.”

Artinya :

Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah, salam, rahmat, dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. “ Sebagimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. “ Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.”

- SALAM

“ ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI.

Artinya :

“ Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian. “



Category: 0 komentar

Hidup indah dengan gaya ISALAMI




TENTANG PACARAN

--------------------------------------------------------------------------------
“Aih, Kenapa sih,…kok islam melarang pacaran?? Begitu keluhan fulanah.Buat Fulanah ia melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari pacaran ini. Pacaran atau menurutnya ‘penjajakan’ antara dua insan lain jenis sebelum menikah sangat penting agar masing-masing fihak dapat mengetahui karakter satu sama lainnya (dan biasanya untuk memahami karakter pasangannya ada yang bertahun-tahun berpacaran lho!!).Fulanah menambahkan ,”Jadi dengan berpacaran kita akan lebih banyak belajar dan tahu, tanpa pacaran ?? Ibarat membeli kucing dalam karung!! Enggak deh…!” kemudian ia menambahkan “Bila suka dan serius bisa diteruskan ke pelaminan bila tidak ya,..cukup sampai disini..bay-bay!!, Mudahkan?”…hmm…Fulanah tidakkah engkau melihat dampak buruk dari berpacaran ini, ketika masing-masing fihak memutuskan berpisah??...Fulanah apakah engkau yakin benar apabila “putus dari pacaran” hati ini tidak sakit? Benarkah hati ini bisa melupakan bekas-bekas dari pacaran itu? Tidakkah hati ini kecewa, pedih, atau ikut menangis bersama butiran air mata yang menetes?? Sulit dibayangkan!Karena memang begitulah yang saya lihat didepan mata menyaksikan orang yang baru saja putus pacaran...

Bila memang kita tanya semua wanita muslimah seusia Fulanah (yang sedang beranjak dewasa) maka akan melihat ‘pacaran’ ini dengan sejuta nilai positif.Jadi, jangan merasa aneh bila kita dapati mereka merasa malu dengan kawannya karena belum punya pacar!!.. Duh,..kasihan sekali…Wahai ukhti muslimah…Mari kita telaah bersama dengan lebih dalam.Berdasarkan fakta yang ada, bila anda mau menengok sekilas ke surat kabar, tetangga sebelah atau lingkungan sekitar ,siapa sebenarnya yang banyak menjadi korban ‘keganasan’ dari pacaran ini? Wanita bukan??.. Bila anda setuju dengan saya, Alhamdulillah berarti hati anda sedikit terbuka.Ya,… coba lihat akibat dari berpacaran ini.Awalnya memang hanya bertemu, ngobrol bareng,bersenda gurau, ketawa ketiwi,lalu setelah itu??tentu saja setan akan terus berperan aktif dia baru akan meninggalkan keturunan Adam ini setelah terjerumus dalam dosa atau maksiat.Pernahkah anda ,.. mendengar teman atau tetangga ukhti hamil di luar nikah? Suatu klinik illegal untuk praktek aborsi penuh dengan kaum wanita yang ingin menggugurkan kandungannya? Karena sang pacar lari langkah seribu atau tidak mau kedua orangtuanya tahu? Atau pernahkah engkau membaca berita ada seorang wanita belia yang nekat bunuh diri minum racun serangga karena baru saja di putuskan oleh kekasihnya??Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kaum hawalah yang banyak dieksploitasi dari ‘ajang pacaran ini?

Sungguh, islam telah memuliakan wanita dan menghormati kedudukan mereka.Tidak percaya??lihat hadits ini..”janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya” (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad).Islam melarang laki-laki untuk berduaan tanpa ada orang ketiga karena islam tidak menginginkan terjadinya pelecehan ‘seksual’ terhadap wanita.Sehingga jadilah mereka wanita-wanita muslimah terhormat dan terjaga kesuciannya.Untuk kaum laki-laki pun islam melarang mereka menyentuh wanita yang bukan mahramnya coba simak hadits ini “Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”(HR.Thabrani, dalam Mu’jamul Kabir)

Nah, jelas bukan mengapa islam melarang pacaran??Bila memang seorang laki-laki ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita, maka islam telah menyediakan sarananya, yaitu menikah.Karena islam Bukanlah agama yang kaku, maka islam menganjurkan kepada masing-masing fihak untuk saling berkenalan (ta’aruf).Tentu saja tidak berduaan lho,..harus ada pihak ketiganya.Setelah itu? Ya,.selamat bertanya tentang biografi calon pasangan anda,apabila kurang jelas, masih kurang yakin..islam menganjurkan mereka untuk shalat istikharah agar di berikan pilihan yang mantap yang nantinya insya Allah akan berakibat baik bagi dunia dan akhirat kedua belah pihak.Setelah mantap dan yakin akan pilihannya..kuatkan azzam (tekad), dan Bismillah…menikah..!! Indah bukan??
Category: 1 komentar

HATI KITA ADALAH KEBAHAGIAAN KITA



HATI ADALAH HARTA YANG PALING BERHARGA MAKA JAGALAH HATI


Suatu hari terjadi percakapan antara saya dengan seorang senior di kampus, ketika saya masih di bangku kuliah. Di pembicaraan itu, senior saya mengkritik perilaku teman-teman mahasiswa aktivis dakwah yang suka menundukkan pandangannya ketika berbicara dengan lawan jenis. Senior saya berkata, "Katanya jaga hijab… Yang perlu dihijab kan hati. Walau pun tidak melihat tapi hatinya bermain, kan sama saja bohong. Lebih baik hati yang dihijab." Seperti itu lah kira-kira.
Saat itu saya mangut-mangut. Ungkapan itu terdengar logis.
Berapa lama kemudian di sebuah pengajian, terdengar kritik dari seorang anggota pengajian (dia adalah senior saya yang lain) kepada para aktivis dakwah kampus yang menyepelekan hijab. "Mereka bilang ghodul qulub (menjaga hati) lebih penting, kemudian menyepelekan ghodul bashor (menjaga pandangan). Padahal yang benar ghodul bashor ilaa ghodul qulub (menjaga pandangan untuk menjaga hati). Jaga pandangan dulu untuk kemudian jaga hati!"
Nah lho… saya termangut-mangut lagi. Mana yang benar?
Yang ditawarkan oleh senior pertama adalah penjagaan yang langsung di pusatnya: hati, daripada bersusah-susah menjaga pandangan. Tapi menurut senior kedua, tidak mungkin menjaga hati apabila tidak menjaga pandangan.
Sejauh mana kita bisa menjaga hati? Yang ditawarkan oleh senior pertama adalah kita mengontrol langsung hati kita sendiri. Pertanyaannya, bisa kah kita mengontrol atau mengendalikan hati kita?
Bahwa kondisi hati mengendalikan kita, jelas sekali dalilnya. “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
Lalu, sekali lagi, sejauh apa kendali kita terhadap hati?
Di surat Al-Anfal ayat 24, Allah swt berfirman, "…ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." Maksudnya adalah Allah lah yang menguasai hati seorang hamba.
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya rha., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’ Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang merasa ketakutan?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja.’”
Dari ayat dan hadits di atas, jelas sekali bahwa hati seorang hamba ada pada kekuasaan Allah swt.
Ketika kita diperintahkan untuk menjaga hati, maka kita diperintahkan untuk tidak mengotori hati. Kotornya hati adalah karena maksiat. Maksiat yang kita lakukan seperti noda yang menutupi hati kita. "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (Al-Muthofifin : 83)
Hati yang tertutup noda maksiat ini akan menjadi hati yang sakit, bahkan berpeluang menjadi hati yang mati. Dengan istighfar dan taubat lah noda yang menutupi hati bisa dibersihkan.
Lalu yang termasuk maksiat adalah melihat hal-hal yang diharamkan Allah untuk dilihat. "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”" (QS. An-Nuur : 30-31).
Karena itu, saya rasa pernyataan senior yang kedua lebih tepat: ghodul bashor ilaa ghodul quluub (menjaga pandangan untuk menjaga hati). Bagaimana mungkin kita menjaga hati sementara indera kita dibiarkan bermaksiat?
*****
Manusia tidak punya kontrol langsung terhadap hatinya. Allah lah yang punya kontrol langsung. Allah bisa membalikkan hati seorang hamba, dari semangat untuk beribadah kemudian hatinya tidak dalam keadaan mood untuk beribadah, atau istilahnya futur. Itulah mengapa Rasulullah saw berdoa agar Allah menetapkan hatinya pada ketaatan, jangan sampai Allah membalikkan hatinya pada ketidak-taatan.
Yang diharapkan adalah ketika berada pada masa jenuhnya, seseorang tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. “Setiap amalan ada masa semangatnya, dan masa semangat ada masa jenuhnya. Barangsiapa kejenuhannya kembali kepada sunnahku berarti dia telah berbahagia, dan barangsiapa yang kejenuhannya tidak membawa dia kepada yang demikian maka dia telah binasa.” (HR. Ahmad, lihat Shahih At-Targhib)
Kendali manusia terhadap hatinya diperantarai oleh perbuatan yang ia lakukan. Manusia tidak bisa secara langsung membersihkan hatinya, melainkan ia terlebih dahulu harus melakukan taubat dan ketaatan-ketaatan yang menyempurnakan taubatnya.
Terbolak-baliknya hati manusia ada korelasinya dengan amal yang ia upayakan. Keimanan itu bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan, berkurang karena kemaksiatan. Iman yang turun/berkurang berimplikasi pada keadaan jenuh seseorang. Kejenuhan itu bisa berawal dari kemaksiatan yang ia lakukan. Dan keadaan semangat seseorang terjadi mana kala imannya sedang naik atau bertambah. Hal itu diletupkan oleh ketaatan yang ia perbuat.
Oleh karena itu, agar Allah senantiasa memposisikan hatinya pada semangat beribadah, seorang hamba harus berupaya menjaga ketaatannya dan menjaga inderanya untuk tidak bermaksiat kepada Allah sehingga hatinya bersih. Kalau tidak, Allah akan membalikkan hatinya karena hatinya dikerumuni oleh noda-noda maksiat.
*****
Kedengkian, riya’, dan dendam, dan penyakit hati lain yang bersarang pada hati kita sebenarnya melewati indera kita terlebih dahulu. Yaitu berawal dari lintasan pikiran. Allah masih mengampuni lintasan pikiran ini. Tapi segeralah berlindung kepada Allah dari penyakit hati dan bertaubatlah dari penyakit hati yang telah terlanjur bersarang.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Allah mengampuni dari umatku terhadap apa yang masih terlintas di dalam hati mereka (Hadits Shahih, Irwaa`al Ghalil VII/139 nomor 2026)
Biasanya godaan ingin dipuji muncul setelah beramal sholeh. Kalau kita cepat tersadar, maka pikiran itu tidak akan mengendap di hati. Begitu juga dengan kebencian atau iri hati terhadap orang lain, bersegeralah berlindung kepada Allah saat terlintas pikiran tersebut pertama kali. Kalau terlambat, penyakit itu akan bersarang. Dan penyakit-penyakit itu tidak akan bersarang kecuali kalau pada lingkungan yang memungkinkannya untuk hidup, yaitu hati yang kumuh dan berpenyakit karena kemaksiatan kepada Allah swt. Dan lintasan pikiran itu sendiri tidak akan mudah tercetus kecuali dari pikiran yang sakit, yang diakibatkan oleh hati yang sakit.
Kalau pikiran itu terlalu sering melintas, bermuhasabahlah. Khawatirnya hati kita sudah menjadi sarang penyakit. Kalau benar, maka segeralah bertaubat.
Jagalah indera kita dari bermaksiat kepada Allah, agar hati kita terjaga kebersihannya.
Allahu’alam bish-showab.
Category: 0 komentar